Sudah enam
belas silam rezim pemerintahan Suharto tertinggal. Pemerintahan yang otoriter, keras
dan tegas membuat masyarakat Indonesia sekarang mendambakannya lagi. Pada masa
suharto hampir tidak ada pejabat yang berani melakukan tindakan korupsi, karena
jika ketahuan langsung di hukum mati.
Meskipun yang kita sayangkan adalah ternyata suharto dan kerabat-kerabatnya
sendirilah yang berani melakukan korupsi. Namun korupsi yang mereka lakukan
pada waktu itu justru membuat masyarakat terasa tentram dan terawasi.
Banyak
masyarakat indonesia sekarang ini yang tadinya mengejek dan mengolok-olok
suharto karena korupnya. Namun ejekan tersebut malah berimbas luas pada
kepemerintahan sekarang yang begitu meluap dan menggila terhadap korupsi. Akar
korupsi terus menjalar pada generasi-generasi bangsa kita.
Anggota DPR
yang dijadikan sebagai wakil rakyat malah berbuat yang tidak lazim, selalu
meresahkan dan menipu rakyat. Mereka dengan berikrar mengutarakan janji
tarhadap kebutuhan dan kepentingan rakyat, akan tetapi yang terjadi malah
berantakan. 50 dari sekitar 500 anggota DPR yang masuk penjara terjangkit
kriminalitas karena tindakan korupsi.
Namun agaknya
wajar jika korupsi itu dilakukan oleh anggota DPR. Karena mereka terjaring
dalam sebuah partai politik yang notabene selalu mengeluarkan ratusan bahkan
milyaran juta rupiah untuk bisa duduk di kursi DPR tersebut. Istilahnya mereka
menanam modal pada rakyat dengan memberi uang agar rakyat mau memilihnya
menjadi anggota DPR. Tidak disangaka, setelah menjadi DPR ternyata gaji yang
mereka dapatkan hampir tidak sebanding atau merasa kurang puas dengan usaha
yang mereka lakukan dalam berkompetisi merebut kursi panas tersebut. Sehingga
yang terjadi adalah mereka saling berebut mengharapkan kembalinya modal dengan
melakukan korupsi.
Pegawai Negeri
Sipil pun ternyata tak beda jauh dengan pejabat publik. Mereka melakukan suap
pada orang dalam agar bisa menjadi pegawa negeri. Praktek yang tidak
berkarakter islami ini sudah menjamur di negeri kita. Bahkan beberapa
organisasi atau kepemerintahan terkecilpun seperti RT, atau lembaga pendidikan
meniru para panutan mereka (anggota DPR / pejabat tertinggi). Seperti kasus
raskin yang dikorup oleh pak RT, dana BOS yang di korup para guru, dan lain
sebagainya.
Para santri
yang saya cintai, sebenarnya ada apa dengan bangsa kita ini? Kenapa kita berada
dalam kondisi yang berantakan seperti ini? Sampai kapan bangsa kita akan terus
begini? rakyat kecil menyalahkan dan mengolok-olok yang besar sehingga seolah
mereka merasa yang paling benar dan bertindak brutal padahal dirinyapun
sebenarnya belum tentu mampu melakukan dengan baik. Yang besar tidak mau
disalahkan dan tidak mau mengakui kesalahnnya bahkan selalu mencari alasan
untuk menutup diri dari aibnya.
Siapa yang
patut disalahkan???
Sebenarnya
yang patut kita salahkan adalah diri kita sendiri, jangan menyalahkan orang
lain. Sebab kesalah diri kita sendiri baik yang disengaja / tidak tidak
disengaja akan berdampak pada kerusakan orang lain, atau pada sesuatu lain yang
mengitari kehidupan kita. Kerusakan umat memang karena rusaknya pemimpin dan
rusaknya pemimpin adalah karena rusaknya ulama.
فساد
الامة بفساد الامراء فساد الامراء بفساد العلماء
Para santri, kalian adalah
penerus para ulama, derajatmu akan menjadi mulia jika kamu berada dalam
lingkaran syariat Islam. kalian akan mejadi bangunan-bangunan yang saling
menguatkan khususnya di Nusantara ini jika kalian berakhlak islami, tapi kalian
jugalah yang menjadi penyebab rapuhnya bangunan tersebut jika berakhlak
nonislami.
Wahai
santri, kita adalah kepercayaan Allah, yang akan menjadi panutan masyarakat
untuk memperkuat dan mempertebal imannya. Marilah kita bersama dengan semampu
kita untuk tidak melakukan tindak kriminal, sehingga dianggap sebagai orang
yang paling utama penyebab rusaknya bangsa ini.
No comments:
Post a Comment