Ketika melihat suatu perkara yang menempel pada orang lain
janganlah melihat keburukannya tapi lihatlah kebaikannya saja. Kalau sudah mati
beda lagi. Malah justru kita wajib khusnudzan padanya. Tidak boleh su’udzon
padanya apalagi apalagi mengumbar keburukannya. Walaupun memang terdapat
keburukan pada si mayit. Jangankan dengan umat Islam, dengan orang kafirpun
diperintahkan untuk menyangka atas kebaikannya.
Huznudzan kepada Allah SWT
mengandung arti Selalu berprasangka baik kepada Allah SWT,
karena Allah SWT terhadap hambanya seperti yang hambanya sangkakan kepadanya. Apabila seorang hamba berprasangka buruk
kepada Allah SWT, maka buruklah prasangka Allah kepada orang tersebut. Dan jika seorang hamba berprasangka baik
kepada Allah SWT, maka baik pulalah prasangka Allah kepada orang tersebut.
انا عند ظن عبدي بي فليظن بي ما شاء
Ketika kita melihat anak kecil, janganlah mengatakan ia belum bisa
apa-apa, amal ibadahnya belum seberapa. Tapi berprasangkalah yang baik padanya
bahwa anak kecil masih suci, bersih, belum ternodai oleh dosa. Sedangkan kita
yang dewasa sudah banyak sekali lumuran dosa. Punya dosa dengan yang tidak
punya dosa kira – kira mulia yang mana?
Begitujuga ketika melihat orang kafir, berprasangkalah bahwa
barangkali saja ia akan masuk Islam dan membaca syahadat kemudain mati. Siapa yang
tahu akan hal demikian? Tentunya hanya Allah yang Maha Tahu. Dengan begitu ia
mati dalam keadaan khusnul khotimah. Sedangkan kita yang tiap hari tak henti –
hentinya melakukan ibadah sholat, puasa, zakat, haji, dan amalah lainnya belum
tentu akan berakhir dengan manis membawa buah dari berbagai amal yang telah
kita lakukan. Mungkin saja Allah menghendaki kita mati tidak dalam keadaan
khusnul khotimah (na’udzu billah min dzalik)
Lihatlah seorang ulama yang terkenal pada zamannya, ahli tirakat,
puasa 40 hari tidak pernah buka, ia adalah Barseso. Tidak
ada yang mengalahkan dalam ibadah. Ia adalah orang yang paling giat ibadah
kepada Allah SWT. kita pernah dengar ayat al-Qur’an :
قم
الليل الا قليلا
“Dirikanlah ibadah semalam sutuk kecuali
sedikit untuk istirahat”
Justru Barseso semalam suntuk gak pernah ada habisnya untuk
beribadah. Tapi akhir cerita Barseso mati su’ul khotimah.
Lihatlah cerita tentang pendeta Bahramal-Majusi yang diceritakan oleh Abdullah Ibnu Mubarok tentang
menyampaikan salam untuk Bahram dari Nabi Muhammad. Barham adalah seorang
majusi yang banyak melakukan dosa. Singkat cerita karena ia meolong sebuah
keluarga yang sedang kelaparan hingga akhirnya ia memberikan makan pada
keluarga tadi. Tidak tahunya setelah ia mendapakan salam dari Nabi tiab-tiba ia
semaput dan meninggal. Dengan begitu ia mati dalam keadaan khusnul khotimah.
Dari keterangan diatas kita tidak boleh sombong apalagi menghina
orang lain. Sesuatu ang baik harus dilakukan dan yang tidak baik tidak usah
dilakukan. Kita tidak akan muncul sifat kesombongan kala menyadari bahwa orang
yang besar itu adalah orang yang besar menurut pandangan Allah. Orang yang
besar belum tentu besar dihadapan Allah. Lihatlah akhir hayatnya. Maka dari itu
yang perlu ditingkatkan agar kita terasa besar di sisi Allah adalah dengan
senantiasa melakukan amal ibadah yang ikhlas dan meningkatkan ketakwaan kepada
Allah SWT.
Adapun
untuk mengetahui akhir hayatnya seseorang dimana ia termasuk orang baik atau
tidak adalah dengan melihat awal dari kehidupannya. Sebab awal adalah penentuan
akhir sebuah perkara. Akhir itu melihat awal permulaan.
No comments:
Post a Comment