GUDANG MAKALAH

Sunday, 16 February 2014

Empat Perkara Terasa Nikmat Ketika Mendapatkan Empat Perkara





Ada empat perkara dimana kenikmatan keempat perkara tersebut akan dirasakan setelah baru mendapatkan empat perkara yang lain, empat perkara tersebut adalah :
PERTAMA
لا يعرف قدر الشباب الا الشيوخ
“Tidak bisa mengatahui kadar kenikmatan masa muda kecuali dengan masa tua”
Siklus kehidupan manusia terbagi menjadi tiga masa,
Pertama, masa kecil, masa ini adalah pada saat baru lahir sampai menginjak usia baligh. Masa kecil adalah masa dimana anak-anak sedang asyik dalam menikmati hiburan, masa yang penuh dengan permainan. Mereka terasa bebas, tak terbeban dengan aturan dan norma kehidupan, karena mereka belum terkena taklif (hukum islam).
Kedua, masa muda, masa ini adalah masa ketika baru baligh sampai umur 40 tahun. Diawal masa ini mereka mulai tertarik pada lawan jenis. Dalam masa ini mereka cendurung untuk melakukan kehidupan penuh kebebasan, berpoya-poya, tidak mau diatur, selalu ingin mengembangkan pemikirannya.
Ketiga, masa tua, masa ini adalah masa setelah 40 tahun keatas. Ada dalil yang mengatakan :
الشيخ من بلغ عمره الاربعين
(orang tua adalah orang yang sudah mencapai umur 40 tahun).
Masa ini harus bisa berpikir tentang makna kehidupan yang sebenarnya, yakni untuk beribadah kepada Allah SWT. Jangan sampai umur 40 belum ada persiaaan untuk menghadap Allah SWT, karena sejelek-jeleknya orang adalah orang tua yang selalu melakukan dosa, sebaliknya sebaik-baiknya orang adalah pemuda yang rajin beribadah. orang yang sudah tua akan merasakan betapa nikmatnya ibadah ketika masih muda. Ibadah diwaktu muda terasa semangat, tubuh masih segar dan gesit, tapi diwaktu tua, tubuh semakin rapuh, sehingga mudah letih untuk melakukan ibadah.

KEDUA
لا يعرف قدر الصحة الا المرض
“Tidak bisa mengetahui kadar kenikmatan sehat kecuali ketika sedang sakit”
Sehat merupakan nikmat Allah yang sangat besar, sebab dengan sehat manusia bisa melakukan segalanya, bisa beribadah dan bekerja. Terkadang manusia lalai dengan nikmat yang satu ini. Atau ketika ia tidak lalai justru ia tidak bisa menggunakan kesehatannya itu sebaik mungkin. Baru terasa sehat itu terasa penting setelah ia mendapatakan sakit dari Allah SWT.  Bagi orang yang sadar mereka akan  menyesal tidak bisa menggunakan waktu ketika sehat dengan sesuatu yang bermanfaat. Bagi orang yang tidak sadar, mereka akan terus mengeluh bahkan merintih seakan lupa dengan yang Dzat yang memberinya sakit.

KETIGA
لا يعرف قدر العافية الا البلايا
“Tidak bisa mengetahui kadar kenikmatan selamat kecuali ketika mendapatkan cobaan”
Keselamatan adalah sesuatu yang diharapkan oleh setiap orang. Dalam doanya ia selalu minta perlindungan agar dijauhkan dari bahaya dan malapetaka. Seperti yang sedang dirasakan oleh bangsa indonesia sekarang ini, banjir, longsor, dan gempa bumi, adalah bentuk cobaan umat muslim Indonesia dari Allah SWT.  Kita yang tidak terkena bencana-bencana tersebut harus bersyukur kepada Allah SWT. Sebab kita akan merasakan betapa nikmatnya selamat dari berbagai bahaya setelah kita mendapatkan bahaya-bahaya tersebut.

KEEMPAT
لا يعرف قدر الحياة الا الموت
“Tidak bisa mengetahui kadar kenikmatan hidup kecuali setelah mati”
Hidup hanya sekali didunia. Jika kita tidak mengetahui hakikat dari kehidupan maka kita akan mendapatkan kehidupan yang sengsara setelah mati. Hakikat hidup adalah untuk ibadah kepada Allahوما خلقت الجن والانس الا ليعبدون (Allah tidak menciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah). Ketika hidup hanya untuk bersenang-senang, barulah terasa setelah masuk kubaran, betapa dahsyatnya siksa Allah Swt. Api datang silih berganti dari empat arah, arah kepala, kanan, kiri, dan kaki. Keempat api tersebut bisa dihapus dengan berbagai amal ketika masih didup didunia, sesuai dengan hadis :
عن أبي هريرة قال : إذا وضع الميت في قبره : كانت الصلاة عند رأسه ، والزكاة عن يمينه ، والصوم عن يساره ، والصدقة ، والصلة ، والمعروف ، والاحسان إلى الناس عند رجليه ،
“Dari Abi Hurairoh berkata : ketika mayit diletakkan dikuburan maka sholat ada disisi kepala, zakat disebelah kanan, puasa disebelah kiri, sodaqoh, silaturohmi, berbuat kebaikan dan kebajikan kepada manusia ada disisi kaki.

Demikian isi ceramah dari KH. Achmad Mukhlish Chasani di pengajian arisan Haji 2006 di Podo – Kedungwuni

No comments:

Post a Comment