KH. Thoha
Al Chafidz adalah seorang alim kitab
sekaligus hafal alqur’an. Beliau bertempat tinggal di desa Podo, Kedungwuni. Beliau bukan orang asli Pekalongan, beliau kelahiran
Magelang. Menuntut ilmu di pekalongan sejak masih muda. Awalnya beliau menimba Ilmu
di simbang kulon, disitu beliau juga mengaji dengan KH. Muhammad Sa’id
Bachruddin Khoirol Jaza’ yang sering akrab di panggil dengan sebutan Abah
Khoiron. Seiring waktu berjalan, Abah Khoiron harus pindah dan menetap di
Kranji, sehingga Abah Khoiron lebih banyak menghabiskan waktunya di Kranji,
akhirnya KH. Thoha ikut pindah demi melanjutkan pengajiannya bersama abah
khoiron sekaligus mengabdi kepadanya. Waktu itu Abah Koiron belum mempunyai
santri yang menetap. Berawal dari KH Thoha kemudian banyak para penuntut ilmu
yang lain yang ingin menimba ilmu di ndalemnya Abah Khoiron. Seiring
berjalannya waku akhirnya terbentuklah sebuah lembaga pendidikan yang bernama
Pondok Pesantren Asma’ Chusna di desa Kranji Kedungwuni pada tahun 1980.
Semangat
belajar dan berkah dari Abah Khoiron menjadikan KH Thoha sekarang menjadi orang
yang mulia. Beliau mendirikan pondok pesantren “Nurul Qur’an” di Podo. Akan
tetapi beliau masih aktif mengajar di PP Asma’ Chusna setiap hari senin, malam
selasa, ba’da maghrib. Kitab yang dikaji beliau untuk saat ini adalah kitab
“Irsyadul Ibad”.
Satu untaian hikmah pengajian
“Irsyadul Ibad” pada hari senin kemarin 17 Februari adalah :
عن أبى هريرة قال قال رسول الله
ثلاث لو يعلم الناس ما فيهن ما أخذن إلا بسُهْمَةٍ حرصًا على ما فيهن من الخير
والبركة التأذين بالصلوات والتهجير بالجماعات والصلاة فى أول الصفوف
Ada sebuah hadis yang diriwayatkan
oleh shohabat Abu Hurairah yang artinya bahwa ada tiga perkara yang mana jika
manusia mengetahui ganjaran ketiganya maka tidak akan diambil kecuali dengan
melakukan undian, sebagai bentuk kesemangatan mendapatkan kebaikan dan
keberkahan dalam ketiga perkara tersebut, yaitu :
1.
Adzan
sholat lima waktu
Ganjaran adzan sangat besar, bahkan ada yang mengatakan lebih
utama dari pada ganjarannya imam sholat jamaah, sebab mu’adzinlah yang
mengawali dan mengingatkan orang untuk melakukan kebaikan. Oleh karena itu
seharunya kita saling mendahului untuk melakukan adzan seperti apa yang
diperintahkan oleh Rasulullah :
ابتدروا
الاذان ولا تبتدروالامامة
“berebutlah melakukan adzan, jangan
berebut menjadi imam”
Jarang sekali orang menyadari akan
pentingnya ganjaran adzan, tidak malah berebut, ironisnya kadang kita saling
menyuruh satu sama lain untuk melakukan adzan tanpa dimulai dari sendirinya
melakukan adzan. (Katanya sih tawadu’, tawadu’ apa males?)
2.
Bergegas melakukan
jama’ah sholat lima waktu
صلاة
الجماعة أفضل من صلاة الفذ بسبع وعشرين درجة
“Sholat
jama’ah lebih utama daripada sholat sendirian dengan selisih 27 derajat”
Anggaplah
ada orang yang akan memberi Anda Rp 1.000.000 jika shalat di rumah, dan Rp
27.000.000 dengan syarat Anda mau pergi ke masjid untuk shalat berjamaah. Hal
apakah yang pertama kali Anda lakukan? Berangkat ke masjid? Jelas. Namun
kira-kira, Anda akan berangkat dengan bersegera, atau dengan santai, menunggu
sampai iqamat dikumandangkan (sebagaimana kebiasaan sebagian besar kaum
muslimin, Allahul
musta’an!). Ini baru permisalan dunia, belum ganjaran akhirat yang
tentunya jauh lebih besar daripada itu.
Hadis
tersebut menunjukkan betapa hebatnya sholat jama’ah. Kalau kita berpedoman
teguh terhadap hadis tersebut, pasti masjid atau mushola sangat ramai dan penuh
oleh jamaah. Tapi kenyataanya sangat nihil. Hanya segelintir orang saja yang
mau berjamaah. Padahal bangunan masjid atau mushola sekarang ini sangat megah,
namun orangnya tidak bergairah untuk berjamaah.
3. Sholat di awal barisan
Menempati shaf
pertama dalam shalat berjama’ah, bagi muslim laki-laki, memiliki keutamaan yang
luar biasa. Berikut ini 3 keutamaan shaf pertama yang disebutkan dalam
hadits-hadits shahih :
1) Mendapatkan shalawat dari Allah dan Malaikat
إِنَّ اللَّهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى الصُّفُوفِ الأُوَلِ
“Sesungguhnya
Allah dan Malaikat bersalawat untuk shaf-shaf pertama” (HR. Abu Dawud; hasan)
2) Seperti shaf Malaikat
عَنْ جَابِرِ بْنِ سَمُرَةَ قَالَ خَرَجَ عَلَيْنَا رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَقَال أَلاَ تَصُفُّونَ كَمَا تَصُفُّ الْمَلاَئِكَةُ عِنْدَ رَبِّهَا. فَقُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَكَيْفَ تَصُفُّ الْمَلاَئِكَةُ عِنْدَ رَبِّهَا قَالَ يُتِمُّونَ الصُّفُوفَ الأُوَلَ وَيَتَرَاصُّونَ فِى الصَّفِّ
Jabir bin
Samurah radhiyallahu ‘anhu berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
keluar kepada kami dan bersabda, ‘Tidakkah kalian ingin bershaf seperti shaf
Malaikat di hadapan Tuhannya?’ Kami (para sahabat) bertanya, ‘Wahai Rasulullah,
bagaimana Malaikat bershaf di hadapan Tuhannya?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda, ‘Mereka menyempurnakan shaf-shaf awal dan merapatkan shaf.”
(HR. Muslim)
3) Shaf terbaik bagi laki-laki
خَيْرُ صُفُوفِ الرِّجَالِ أَوَّلُهَا وَشَرُّهَا آخِرُهَا وَخَيْرُ صُفُوفِ النِّسَاءِ آخِرُهَا وَشَرُّهَا أَوَّلُهَا
“Shaf kaum
lelaki yang paling baik adalah shaf pertama dan shaf yang paling jelek adalah
shaf terakhir. Sedangkan shaf kaum wanita yang paling baik adalah shaf terakhir
dan yang paling jelek adalah shaf pertama.” (HR. Muslim)