GUDANG MAKALAH

Tuesday 14 June 2011

Syukur atas Potensi Diri

Setiap orang mempunyai potensi tersendiri. Allah tidak akan menyia-nyiakan ciptaanNya yang telah diberikan pada manusia, sehingga Allah selalu memberikan yang terbaik untuk manusia. Maka dari itu tidak sepantasnya manusia tidak mensyukuri atas nikmat yang diberikan oleh Allah. Allah sudah berfirman dalam alQur'an yang artinya kurang lebih jika manusia mensyukuri atas nikamat Allah maka Allah akan menambahkan nikmatnya, akan tetapi jika sebaliknya, jika mengkufuri, sesungguhnya siksa Allah amat sangat pedih. ayat ini sungguh unik. harusnya jika mengkufuri maka Allah melaknatnya, namun dalam penggalan ayat tersebut Allah hanya mengancam, artinya ancaman tersebut belum tentu sampai pada pembalasan Allah yang paling besar. manusia masih diberi dispensasi barangkali besok ia akan taubat, kalau tidak besok mungkin esoknya lagi, atau mungkin minggu depan, atau bulan depan, atau tahun depan, atau ketika mau mati. Itulah kemurahan Allah pada makhlluknya, tinggal bagaimana kita yang menginstropeksi diri.

Saturday 26 February 2011

ETIKA MENUTUP AURAT BAGI KAUM WANITA DALAM PERSPEKTIF IMAM SYAFI’I SEBAGAI UPAYA MEMBENTUK KEPRIBADIAN MUSLIMAH


A. LATAR BELAKANG MASALAH
Wanita adalah sosok yang amat sering dijadikan sorotan dalam setiap kehidupan, baik dandanannya, pakaiannya, tingkah lakunya, sampai kegerak tubuhnya. Semuanya menjadi bagian terpenting dari kehidupan wanita Karena mengandung unsur etika.
Baik buruknya wanita akan tercermin dari bentuk dhohirnya dalam menutup aurat yaitu dengan berbusana. Busana menjadi bagian terpenting dari kehidupan manusia karena mengndung unsur etika dan estetika.[1] Hal ini karena busana adalah bentuk dhohir sebagai sesuatu yang pertama kali dilihat oleh orang lain yang secara spontan bisa terbentuk sebuah nilai atau persepsi dari orang yang melihatnya.
Aurat sendiri bermakna النُّقْصَانُ وَالشَّيْءُ الْمُسْتَقْبَحُ (kekurangan dan sesuatu yang menyebabkan celaan).[2] Disebut seperti itu karena ia akan mendapat celaan jika terlihat. Adapun الْمَرْأَةُ عَوْرَةٌ"Wanita adalah aurat"[3] demikian petikan hadis yang diriwayatkan oleh Imam Attirmidzi. Oleh sebab itu sudah seharusnya wanita muslimah menutup auratnya secara baik dan benar.
Kewajiban menutup aurat ini merupakan salah satu syariat Allah yang harus dijalankan sebagaimana syariat – syariat Islam lainnya seperti sholat, puasa, zakat, dan sebagainya. Penerapan syariat Islam tentang kewajiban menutup aurat ini memiliki tujuan luhur, yakni menjaga kehormatan dan kesucian masyarakat muslim baik secara fisik maupun kepribadiannya, yang tentu pada akhirnya bermuara pada tujuan akhir Islam secara keseluruhan, yaitu untuk mewujudkan Islam sebagai rahmatan lillalamin. Namun pada praktiknya, tidak semua perempuan muslimah mempunyai pemahaman dan kesadaran yang sama mengenai konsep tersebut, meski dalam berbagai kajian keislaman seringkali menyinggung hal ini.[4]
Seorang muslimah yang memiliki dasar keimanan kuat tentu akan dengan penuh keihlasan bahkan kebanggaan jika ia menutup aurat dengan baik dan benar. Karena menutup aurat secara benar merupakan cerminan kepribadiannya yang akan menampakkan keindahan dan kebaikan kepribadian muslimah yang senantiasa menjaga kehormatan diri dan agamnya. Jika sebaliknya artinya tidak menutup aurat berdasarkan syariat Islam maka akan tampak kejelekan oleh persepsi orang lain tentang kejelekan akhlaknya sehingga turunlah kehormatan dirinya dan agamanya.
Imam Syafi'I sebagai mujtahid mustaqil telah memberikan kontribusi yang sangat bermakna tentang aurat. Hasil ijtihadnya mengenai aurat merupakan sumbangsih untuk menjauhkan dari segala yang tidak diinginkan yaitu timbulnya fitnah dan untuk membentuk kepribadian muslimah. Maka dari itu Imam Syafi'I dan ulama' syafi'iyah lainnya telah memberikan batas – batas aurat wanita yang harus diperhatikan secara maksimal oleh kaum wanita.
Berangkat dari pemikiran diatas, hendaknya perlu diadakan pengkajian lebih mendalam mengenai etika menutup aurat bagi kaum wanita dalam perspektif Imam Syafi'I sebagai upaya untuk membentuk kepribadian muslimah.
Penelitian dan pengkajian ini tertulis dalam sebuah skripsi dengan judul "ETIKA MENUTUP AURAT BAGI KAUM WANITA DALAM PERSPEKTIF IMAM SYAFI’I SEBAGAI UPAYA MEMBENTUK KEPRIBADIAN MUSLIMAH" berkaitan dengan hal tersebut, ada beberapa aspek yang mendorong pemilihan judul skripsi ini :
1. Wanita merupakan tiang Negara, dimana jika wanitanya baik maka Negara tersebut akan maju tapi jika wanitanya buruk maka Negara akan hancur.
2. Menutup aurat tidak sekedar menutup tubuh, karena jika pakaian itu hanya sekedar penutup tubuh, maka berpakaian ketat tidak menjadi persoalan. Namun bukan itu yang diharapkan dalam Islam. Islam mengharapkan kepada wanita untuk bersyukur kepada Allah tentang makna dibalik menutup aurat yang tidak hanya berfungsi sebagai penutup tubuh.
3. Otentisitas hasil ijtihad para ulama kurang begitu diperhatikan oleh mayarakat. Salah satunya adalah masalah aurat khususnya aurat wanita
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana batas – batas aurat wanita dalam perspektif Imam Syafi'i?
2. Bagaimana bentuk – bentuk kepribadian muslimah?
3. Bagaimana upaya Imam Syafi'I terhadap etika menutup aurat dalam membentuk kepribadian muslimah?
Untuk menghindari salah paham dalam persepsi atau penafsiran, maka penulis menjelaskan beberapa hal yang berkaitan dengan istilah dan pembatasan dalam penelitian ini.
  1. Etika menutup aurat
Etika adalah tingkah laku, tata karma, sopan santun.[5] Aurat secara bahasa berarti malu, aib, buruk. Dalam Islam yang dimaksud dengan aurat adalah batas minimal dari anggota tubuh manusia yang wajib ditutup Karena perintah Allah.[6]
  1. Perspektif
  2. Imam Syafi'i
Imam Syafi'I adalah salah satu imam dari empat madzhab. Ia merupakan seorang ulama ahli fiqih yang boleh dijadikan pegangan dalam menentukan sebuah hukum.
  1. Kepribadian muslimah
Kepribadian muslimah merupakan sifat hakiki yang tercermin pada sikap seseorang yang membedakan dirinya dengan orang lain.[7]
C. TUJUAN PENELITIAN
Bertumpu pada rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah :
1. Mendeskripsikan batas – batas aurat wanita dalam perspektif Imam Syafi'i.
2. Mendeskripsikan bentuk – bentuk kepribadian muslimah.
3. Mengetahui upaya Imam Syafi'I terhadap etika menutup aurat dalam membentuk kepribadian muslimah.
D. KEGUNAAN PENELITIAN
1. Teoritis, dapat menyumbangkan pengetahuan tentang teori Imam Syafi'I tentang aurat dan kepribadian muslimah.
2. Praktis, dapat dijadikan referensi pendidik untuk mengaplikasikan teori tentang aurat dalam dunia pendidikan Islam baik lembaga formal maupun nonformal.
E. TINJAUAN PUSTAKA
1. Analisis Teoritis
2. Kerangka Berfikir
F. METODE PENELITIAN
1. Desain Penelitian
a. Pendekatan
Penelitian ini mengggunakan pendekatan kualitatif yakni penelitian yang menghasilkan prosedur analisis yang tidak menggunakan prosedur analisis statistik atau cara kuantitatif lainnya.[8]
b. Jenis penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan penelitian kepustakaan atau library research (kepustakaan)[9], yaitu jenis penelitian yang bertujuan untuk mengumpulkan data dan informasi dengan bantuan macam – macam materi yang terdapat di ruang kepustakaan, misalnya : buku, majalah, naskah, catatan, dan lain - lain yang berhubungan dengan judul tersebut.
2. Sumber Data
Dalam penelitian ini terdapat sumber data :
a. Sumber data primer
Adalah buku yang ada kaitannya dengan judul. Dalam hal ini yang menjadi sumber data primer adalah :
    1. Berjilbab dan Tren Buka Aurat, Deni Sutan Bahtiar, 2009.
    2. Kitab Al Umm karya Imam Syafi'I
b. Sumber data sekunder
Sumber data sekunder adalah sumber data yang bukan asli tentang permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini. Yang dijadikan sumber sekunder dalam penelitian ini adalah kitab-kitab fiqih ulama syafi'iyah, skripsi, dan artikel.
3. Teknik Pengumpulan Data
Metode pengupulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data.[10] Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan library research yaitu mencari data dengan cara melakukan penelusuran terhadap buku-buku, sejumlah tulisan perpustakaan, dan menelaahnya.[11]
Pengumpulan data-data dilakukan dengan beberapa langkah sebagai berikut :
a. Membaca dan menelaah dengan teliti untuk dimengerti dan dipahami dengan baik.
b. Menghimpun data yang berkaitan dengan subyek penelitian.
c. Mengelompokkan data yang sudah terhimpum kemudian disusun dalam bab dan sub bab guna mempermudah dalam menganalisa data.
4. Teknik Analisis Data
Dalam menganalisis data digunakan beberapa metode diantaranya :
a. Analisis deskriptif, yaitu bertujuan memberikan predikat kepada variabel yang diteliti susuai dengan tolok ukur yang sudah ditentukan.[12] Analisis ini hanya sampai pada taraf deskripsi, yaitu menganalisis dan menyajikan fakta secara sistematis sehingga dapat lebih mudah dipahami dan disimpulkan.
b. Analisis deduktif, yaitu berpikir dari suatu pengetahuan yang sifatnya umum dan bertitik tolak dari pengetahuan umum itu kita kehendaki meneliti kejadian khusus.[13] Metode ini digunakan dalam pembahasan yang bersifat teoritis, yaitu untuk menganalisa buku-buku literature yang ada guna memberikan penjelasan dan permasalahan yang secara garis besar kemudian dijelaskan lebih rinci sehingga akan mudah dipahami.
c. Content analisys {kajian isi} yaitu analisis ilmiah tentang isi pesan suatu komunikasi. Kajian isi juga berarti suatu teknik yang digunakan untukmenarik kesimpulan melalui usaha menentukan karakteristik pesan dan dilakukan secara objektif dan sistematis. [14] hal ini bisa berup kritik internal maupun kritik eksternal.
G. SISTEMATIKA PENULISAN SKRIPSI
Agar memperoleh gambaran yang lebih jelas dan menyeluruh mengenai skripsi ini, maka secara global penulis merinci dalam sistematika penulisan ini sebagai berikut :
Bagian awal meliputi halaman sampul luar, halaman sampul judul, halaman pernyataan, halaman nota pembimbing, halaman nota pengesahan, halaman persembahan, halaman motto, abstark, kata pengantar, daftar isi.
Bagian pokok meliputi :
Bab I, merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II berisi tentang konsep aurat yang mencakup hukum dan batas-batas aurat wanita dan biografi Imam Syafi'i yang mencakup latar belakangnya, karyanya, dan pemikirannya tentang aurat.
Bab III berisi tentang kepribadian muslimah meliputi pengertian kepribadian muslimah, aspek-aspek kepribadian, pokok-pokok kepribadian bentuk-bentuk kepribadian muslimah, nilai kepribadian muslimah, factor-faktor yang mempengaruhi kepribadian muslimah,
Bab IV berisi analisis tentang etika menutup aurat bagi kaum wanita dalam perspektif Imam Syafi'I sebagai upaya membentuk kepribadian muslimah. Analisis ini berdasar pada penggalian data yang didapatkan pada bab sebelumnya. Akhir dari bab ini adalah analisis terhadap relevansi pemikiran Imam Syafi'i tentang aurat dalam membentuk kepribadian muslimah di Indonesia.
Bab V penutup dari serangkaian pembahasan yang berisi tentang kesimpulan dan saran-saran.
Bagian akhir meliputi daftar pustaka dan lampiran – lampiran.


[1] Berjilbab danTren Buka Aurat,
[2] Syamsuddin Muhammad Asyarbiny, Mughni al Muhtaj, (Beirut : Dar al Fikr, 2006), h. 451, juz 2.
[3] Muhammad bin Isa, Sunan Attirmidzi, (Maktabah al Asyamilah), juz 4, h. 406
[4] Ahmad Mustakim, Kolerasi Pemahaman Mahasiswa Jurusan Tarbiyah STAIN Pekalongan tentang Fungsi Jilbab dengan Kepribadian Muslimah, Skripsi, 2009, h. 1.
[5] LH Santoso, Kamus Modern Bahasa Indonesia, (Surabaya : CV Pustaka Agung Harapan), h. 198
[6] Deni Sutan Bahtiar, Berjilbab & Tren Buka Aurat, (Yogyakarta : Mitra Pustaka, 2009), cet. Ke-1, h. 29
[7] Santoso & Priono, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya : kartika, 1995), h. 328
[8] Lexy J. Mleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta : Remaja Rosdakarya, 2006), cet. Ke-22, h.6
[9] Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta : Andi Offset, 1989), h. 16
[10] Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta : Rineka Cipta, 2005), cet. Ke-7, h.100
[11] Winarno Surachmad, Pengantar Penelitian Survei, (Jakarta : LP3ES, 1983), h.183
[12] Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian,… h. 386
[13] Sutrisno Hadi, Metodologi…. H. 27
[14] Noeng Muhajir, Metodologi Penelitian Kuantitatif, (Yogyakarta: Rakerasin, 1996), h. 49

Monday 24 January 2011

Wanita Sholehah

SUNGGUH sangat beruntung bagi wanita shalihah di dunia ini. Ia akanmenjadi cahaya bagi keluarganya dan berperan melahirkan generasi dambaan. Kalau pun ia wafat, maka Allah akan menjadikannya bidadari di akhirat nanti. Oleh karena itu, para pemuda jangan sampai salah memilih pasangan hidup. Pilihlah wanita shalihah untuk dijadikan istri dan pendamping hidup setia. Siti Khadijah r.a. adalah figur seorang istri shalihah yang menjadi penentram batin, pendukung setia, dan penguat semangat suami dalamberjuang dan beribadah kepada Allah SWT. Beliau telah berkorban dengan harta, kedudukan, dan diri beliau demi membela perjuangan Rasulullah Saw. Begitu kuatnya kesan keshalihahan Khadijah r.a., hingga nama beliau banyak disebut-sebut oleh Rasul walau beliau sendiri sudah meninggal. Allah berfirman dalam QS. An Nuur ayat 30-31, Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara farji (kemaluan) - nya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat. Katakanlah kepada wanitaberiman, hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara farji- nya dan janganlah mereka menampakkan perhiasan kecuali yang biasa nampak dari padanya. Rasulullah Saw. bersabda : Dunia ini adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita shalihah. (HR. Muslim). Ciri khas seorang wanita shalihah adalah ia mampu menjaga pandangannya. Ciri lainnya, dia senantiasa taat kepada Allah dan Rasul Nya. Make up- nya adalah basuhan air wudhu. Lipstiknya adalah memperbanyak dzikir kepada Allah di mana pun berada. Celak matanya adalah memperbanyak bacaan Al Quran. Jika seorang muslimah menghiasi dirinya dengan perilaku takwa, akan terpancar cahaya keshalihahan dari dirinya. Wanita shalihah tidak mau kekayaan termahalnya berupa imanakan rontok. Dia juga sangat memperhatikan kualitas kata-katanya. Tidak ada dalam sejarahnya seorang wanita shalihahcentil, suka jingkrak-jingkrak, dan menjerit-jerit saat mendapatkan sesuatu kesenangan. Ia akan sangatmenjaga setiap tutur katanya agar bernilai bagaikan untaian intan yang penuh makna dan bermutu tinggi. Dia sadar betul bahwa kemuliaannya justru bersumber darikemampuannya menjaga diri (iffah). Wanita shalihah itu murah senyum, karena senyum sendiri adalah shadaqah. Namun, tentu saja senyumnya proporsional. Tidak setiap laki-laki yang dijumpainya diberikan senyuman manis. Intinya, senyumnya adalah senyum ibadah yang ikhlas dan tidak menimbulkan fitnah bagi orang lain. Bisa dibayangkan jika kaum wanita kerja keras berlatih senyum manis semata untuk meluluhkan hati laki-laki. Wanita shalihah juga harus pintar dalam bergaul dengan siapapun. Dengan pergaulan itu ilmunya akan terus bertambah, sebab ia akan selalu mengambil hikmah dari orang-orang yang ia temui. Kedekatannya kepada Allah semakin baik sehingga hal itu berbuah kebaikan bagi dirinya maupun orang lain. Pendek kata, hubungan kemanusiaan dan taqarrub kepada Allah dilakukan dengan sebaik mungkin. Ia juga selalu menjaga akhlaknya. Salah satu ciri bahwa imannya kuat adalah dari kemampuannya memelihara rasa malu. Dengan adanya rasa malu, segala tutur kata dan tindak tanduknya akan selalu terkontrol. Tidak akan ia berbuat sesuatu yang menyimpang dari bimbingan Al Quran dan As Sunnah. Dan tentu saja godaan setan bagi dirinya akan sangat kuat. Jika ia tidak mampu melawan godaan tersebut, maka bisa jadi kualitas imannya berkurang. Semakin kurang iman seseorang, maka makin kurang rasa malunya. Semakin kurang rasa malunya, maka makin buruk kualitas akhlaknya. Pada prinsipnya, wanita shalihah ituadalah wanita yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Rambu-rambu kemuliaannya bukan dari beraneka aksesoris yang ia gunakan. Justru ia selalu menjaga kecantikan dirinya agar tidak menjadi fitnah bagi orang lain. Kecantikan satu saat bisajadi anugerah yang bernilai . Tapi jika tidak hati-hati, kecantikan bisa jadi sumber masalah yang akan menyulitkan pemiliknya sendiri. Saat mendapat keterbatasan fisik pada dirinya, wanita shalihah tidak akan pernah merasa kecewa dan sakit hati. Ia yakin bahwa kekecewaan adalah bagian dari sikap kufur nikmat. Dia tidak akan merasa minder dengan keterbatasannya. Pribadinya begitu indah sehingga make up apa pun yang dipakainya akan memancarkan cahaya kemuliaan. Bahkan, kalaupun ia polos tanpa make up sedikit pun, kecantikan jiwanya akan tetap terpancar dan menyejukan hati tiap-tiap orang di sekitarnya. Karena ia yakin betul bahwa Allah tidak akan pernah meleset memberikan karunia kepada hamba-Nya. Makin ia menjaga kehormatan diri dan keluarganya, maka Allah akan memberikan karunia terbaik baginya di dunia dan di akhirat. Jika ingin menjadi wanita shalihah, maka banyak-banyaklah belajar dari lingkungan sekitar dan orang-orang yang kita temui. Ambil ilmunya dari mereka. Bahkan kita bisa mencontoh istri-istri Rasulullah Saw. Seperti Siti Aisyah yang terkenal dengan kecerdasannya dalam berbagai bidang ilmu. Ia terkenal dengan kekuatan pikirannya. Seorang istri seperti beliau adalah seorang istri yang bisa dijadikan gudang ilmu bagi suami dan anak-anak. Bisa jadi wanita shalihah itu muncul dari sebab keturunan. Bila kita melihat seorang pelajar yang baik akhlaknya dan tutur katanya senantiasa sopan, maka dalam bayangan kita tergambar diri seorang ibu yang telah mendidik dan membimbing anaknya menjadi manusia yang berakhlak. Sulit membayangkan, seorang wanita shalihah ujug-ujug muncul tanpa didahului sebuah proses yang memakan waktu. Disini faktor keturunan memainkan peran. Begitu pun dengan pola pendidikan,lingkungan, keteladanan dan lain-lain. Apa yang nampak, bisa menjadi gambaran bagi sesuatu yang tersembunyi. Banyak wanita bisa sukses. Namun tidak semua bisa shalihah. Shalihah atau tidaknya seorang wanita bergantung ketaatannya pada aturan-aturan yang Allah pimpinkan. Dan aturan-aturan tersebut berlaku universal, bukan saja berlaku bagi wanita yang sudah menikah, tapi juga bagi remaja putri yang berumah tangga. Tidak akan rugi jika seorang remajaputri menjaga sikapnya saat mereka berinteraksi dengan lawan jenis yang bukan mahramnya. Bertemanlah dengan orang-orang yang akan menambah kualitas ilmu,amal dan ibadah kita. Ada sebuah ungkapan mengatakan, Jika kita ingin mengenal pribadi seseorang maka lihatlah teman-teman di sekelilingnya. Usahakanlah kita mampu memberikan warna yang baik bagi orang lain, bukan sebaliknya malah kita yang diwarnai oleh pengaruh buruk orang lain. Jika para wanita muda mampu menjaga diri dan memelihara akhlaknya, maka iman kaum laki-laki akan semakin kuat. Cahayakeshalihahan wanita mukminah akan menjadi penyejuk sekaligus peneguh hati orang-orang beriman. Apalagi bagi kaum muda yang sangat rentan dari godaan syahwat. Mereka harus dibantu dalam melawan godaan-godaan. Peran wanita shalihah sangat besar dalam keluarga dan bahkan negara.Kita pernah mendengar, bahwa di belakang seorang pemimpin yang sukses ada seorang wanita yang sangat hebat. Jika wanita shalihah ada di belakang para lelaki di dunia ini, maka bisa dibayangkan, berapa banyak kesuksesan yang akan diraih. Selama ini wanita hanya ditempatkan sebagai pelengkap saja, yaitu hanya mendukung dari belakang, tanpa peran tertentu yang serius. Dalam sebuah keterangan diyatakan bahwa bejatnya akhlak wanita bisa menyebabkan hancurnya sebuah negara. Bukankah wanita itu adalahnegara? Bayangkanlah, jika tiang-tiang penopang bangunan itu rapuh,maka sudah pasti bangunannya akan roboh dan rata dengan tanah, sehingga tidak akan ada lagi yang tersisa kecuali puing-puing yang nilainya tidak seberapa. Jadi kita tinggal memilih, apakah akan menjadi tiang yang kuat atau tiang yang rapuh? Jika ingin menjadi tiang yang kuat, kaum wanita harus terus berusaha menjadi wanita shalihah dengan mencontoh pribadi istri-istri Rasulullah. Dengan terus berusaha menjaga kehormatan diri dan keluarga serta memelihara farji-nya, maka pesona wanita shalihah akan melekat pada diri kaum wanita kita.